Masuk ke dalam kabin atau terbang dengan pesawat tipe terbaru mungkin sudah biasa. Namun bagaimana dengan masuk ke pesawat yang dipakai sebagai pengujian atau test aircraft?
Di ajang Singapore Airshow 2016 lalu, KompasTekno berkesempatan masuk ke dalam kabin pesawat Airbus A350-900 XWB (X-tra Wide Body) yang oleh Airbus dijadikan sebagai pesawat uji. Pesawat dengan registrasi F-WWCF ini menjadi pesawat A350 kedua (MSN 002) yang diproduksi oleh Airbus.
Pesawat tersebut keluar dari pabriknya di Toulouse, Perancis pada 2 Januari 2014, dan terbang perdana pada 26 Februari 2014. Dengan demikian, umurnya baru sekitar 2 tahunan saat dipajang di SAS 2016 pada pertengahan Februari lalu.
Pesawat ini juga dibawa Airbus tur keliling dunia, memperkenalkan pesawat generasi terbarunya ke berbagai negara.
Plakat yang menunjukkan manufacturer serial number/MSN 002, menandakan pesawat ini merupakan pesawat A350-900 kedua yang dibuat oleh Airbus.
Airbus A350 saat unjuk kebolehan di Singapore Airshow 2016.
MSN 002 juga sering dipakai oleh Airbus sebagai pesawat yang unjuk kebolehan (flying display) di berbagai pameran kedirgantaraan, termasuk di SAS 2016 lalu.
Manuver-manuver ekstrem yang tidak bisa dilakukan secara sengaja saat mengangkut penumpang, didemonstrasikan, seperti berbelok miring hingga 40 derajat, atau takeoff secara ekstrim dengan hidung mendongak nyaris vertikal.
Keistimewaan MSN 002
Apa istimewanya pesawat testbed? Bagi pecinta dan penggiat dunia penerbangan, masuk ke dalam test aircraft adalah pengalaman langka.
Mereka bisa saja masuk ke kabin pesawat A350 yang dioperasikan oleh maskapai-maskapai, tapi belum tentu bisa masuk ke dalam pesawat yang dijadikan sebagai acuan dalam setiap pengembangannya.
Pesawat inilah yang telah melewati pengembangan dan pengujian, seperti uji struktur, takeoff-landing, rejected takeoff, pengujian di suhu ekstrem dari minus 40 derajat hingga 40 derajat, uji performa di dataran tinggi, dan sebagainya.
Airbus A350 saat jalani water ingestion tests.
A350 MSN 002 saat jalani uji klimatik di fasilitas McKinley Climatic Laboratory di Florida, AS. Pesawat diuji performa dan strukturnya di suhu ekstrem dari -40 hingga 40 derajat celsius.
Dari pesawat inilah lahir perhitungan-perhitungan yang menyempurnakan "adik-adiknya", sehingga mereka bisa "lahir" dan performanya sesuai dengan rancangan.
MSN 002 memiliki ciri khas di luarnya menggunakan livery (cat di bodi pesawat) motif karbon, karena itu pesawat ini juga oleh para antusias penerbangan disebut dengan "Carbon Fiber livery".
Materi serat karbon memang menjadi bahan yang dipakai untuk membuat bodi (fuselage) pesawat, memperkuat bahan plastik di dalamnya, oleh sebab itu Airbus menyebutnya dengan teknologicarbon-fibre reinforce plastic (CFRP).
Materi serat karbon dipilih karena terbukti ringan dan kuat. Lebih ringan dan kuat dibanding bahan aluminum yang saat ini dipakai di kebanyakan bodi pesawat. Dengan memiliki bodi yang lebih ringan, dipadu dengan desain aerodinamis dan mesin yang baru dikembangkan, maka A350 diklaim Airbus 25 persen lebih hemat bahan bakar.
Interior
Rombongan jurnalis dan blogger memulai tour A350 XWB dari bagian belakang pesawat. Perwakilan Airbus mengatakan ada alasannya mengapa kami diajak memulai dari belakang.
"Biasanya orang kalau bertamu hanya melihat ruang tamu atau keluarga saja, bagian dapur jarang dikunjungi, kami ingin memperlihatkan juga 'dapur' kami," kata perwakilan dari Airbus.
Seperti pesawat-pesawat lain, bagian belakang A350 dipakai sebagaigalley, tempat bagi awak kabin menyiapkan makanan dan beristirahat. Ada pula kursi jumpseat yang dipakai duduk pramugara/pramugari.
Kesan lega dan lapang terasa di sini, memungkinkan awak kabin bergerak secara leluasa. Namun toilet nampak tidak terpasang di bagian belakang pesawat, hanya di bagian tengah dan depan kabin.
Bergerak ke depan, terlihat ruangan kabin yang masih kosong, tidak ada kursi yang dipasang. Beberapa panel plastik penutup bodi juga di beberapa bagian juga dilepas, memperlihatkan rangkaian kabel dan pipa-pipa hidrolis, maklum ini adalah pesawat testbed.
KompasTekno juga melihat masih ada beberapa perangkat instrumen pengujian yang terpasang di dalam pesawat.
Komponen yang dipakai untuk menguji pesawat masih terpasang.
Komponen yang dipakai untuk menguji pesawat masih terpasang.
Kursi bagi yang pacaran dan yang menikah
Bergerak ke depan lagi, Airbus memamerkan desain kabin kelas Ekonomi yang terdiri atas kursi dengan konfigurasi 3-3-3 (tiga deret di kedua sisi jendela dan tiga deret di tengah) dengan lebar kursi 18 inci di dalam kabin berukuran 221 inci.
Oleh Airbus, desain ini diyakini memberi kenyamanan baru untuk penerbangan jarak menengah dan jauh. Saat mencoba duduk pun badan rata-rata orang Indonesia dengan tinggi 165 cm masih menyisakan ruang lutut yang lega dengan kursi depannya.
Referensi layout kursi dari Airbus di kabin Airbus A350.
Semua kursi di pesawat ini dilengkapi dengan perangkat inflight entertainment/IFE (opsional, di maskapai lain bisa tidak dipasang) yang menggunakan layar high definition ukuran 10,7 inci.
Kabin ini pernah dipakai oleh Airbus untuk melakukan simulasi bagaimana awak kabin melayani penumpang di pesawat A350, serta mencari masukan dari penumpang yang diajak untuk mencobanya.
Berpindah ke depan di kabin kelas Bisnis, Airbus memperkenalkan desain kabin kelas Bisnis yang lebih lega dengan pengaturan kursi 1-2-1, dengan lebar kursi hingga 22 inci.
Desain kursi yang dipamerkan Airbus ini unik, karena di satu baris memiliki kursi yang saling berdampingan dengan armrest dan meja kecil di sisi luar, dan di baris berikutnya kursinya terpisah oleh meja kecil di tengah.
Referensi layout kursi kelas Bisnis di pesawat Airbus A350.
Dengan bercanda, perwakilan Airbus mengatakan desain kursi di kelas bisnis ini disebut dengan kursi "Couple and married," atau kursi orang pacaran dan yang sudah menikah.
Kursi couple merujuk kepada baris yang kursinya berdempetan, sementara kursi married merujuk kepada kursi yang terpisah/berjauhan.
"Biasanya kalau pasangan itu mesranya hanya saat pacaran saja, kalau sudah menikah inginnya duduk terpisah, Airbus tahu kok," canda perwakilan Airbus.
Alasan sebenarnya, kursi tersebut ditata sedemikian rupa agar memiliki ruang yang lega untuk kaki, agar bisa selonjor. Kursi juga bisa dijadikan tempat tidur rata (flatbed) 203 cm dengan desain tersebut.
Inflight entertainment (IFE) di kelas ini tentunya memiliki layar yang lebih besar dibandingkan dengan di kelas Ekonomi, sekitar 17 inci.
Kesan lega dan lapang
Airbus juga memeragakan bahwa orang yang duduk atau berdiri di tepi/jendela (window's seat) akan merasakan sensasi seperti bersandar di dinding yang nyaris rata, tidak melengkung seperti di kebanyakan desain pesawat saat ini.
Desain jendela pun kini didesain lebih lebar. Window shade juga bisa diatur menjadi tiga mode, yaitu terbuka penuh, terbuka sebagian, dan tertutup penuh.
Sementara untuk baris tengah, ruang untuk kepala tersisa cukup lega jika penumpang berdiri, sehingga tidak perlu menunduk.
Kabin dalam pesawat Airbus A350, kepala penumpang dewasa yang berdiri di tengah kabin tidak sampai menyentuh overhead bin.
Overhead bin (bagasi di atas kursi) juga diklaim Airbus mampu menampung kapasitas lebih besar dibanding pesawat kelas A330 saat ini.
Yang perlu diingat, desain kabin berikut penataan kursi yang dimiliki A350 MSN 002 ini hanya sebagai desain referensi dari Airbus saja. Desain yang dimiliki maskapai bisa berbeda, disesuaikan dengan kebutuhan maskapai.
Bisa jadi ada yang meminta konfigurasi 3 kelas (First Class, Business Class, Economy), ada yang 2 kelas (Business, Economy), atau bahkan All Economy.
Seperti A350 milik maskapai Qatar Airways yang juga sempat dijajal oleh KompasTekno, maskapai tersebut memilih menggunakan desain kursi Super Diamond di kelas Bisnis dengan pengaturan kursi yang menyamping (reverse herringbone).
Yang perlu diingat, desain kabin berikut penataan kursi yang dimiliki A350 MSN 002 ini hanya sebagai desain referensi dari Airbus saja. Desain yang dimiliki maskapai bisa berbeda, disesuaikan dengan kebutuhan maskapai.
Bisa jadi ada yang meminta konfigurasi 3 kelas (First Class, Business Class, Economy), ada yang 2 kelas (Business, Economy), atau bahkan All Economy.
Seperti A350 milik maskapai Qatar Airways yang juga sempat dijajal oleh KompasTekno, maskapai tersebut memilih menggunakan desain kursi Super Diamond di kelas Bisnis dengan pengaturan kursi yang menyamping (reverse herringbone).
Konfigurasi kursi di kelas Bisnis Qatar Airways A350.
Tergantung pada model dan konfigurasi juga, secara total A350 bisa mengangkut sekitar 300-an penumpang.
Airbus juga memperkenalkan pencahayaan kabin yang telah menggunakan tata lampu LED yang lebih hemat daya. Lampu ini diklaim bisa memancarkan lebih dari 16 juta kombinasi warna.
Demikian tur kabin pesawat Airbus A350 versi test aircraft. Khusus untuk bagian kokpit, KompasTekno akan membahasnya dalam tulisan yang terpisah.
Airbus juga memperkenalkan pencahayaan kabin yang telah menggunakan tata lampu LED yang lebih hemat daya. Lampu ini diklaim bisa memancarkan lebih dari 16 juta kombinasi warna.
Demikian tur kabin pesawat Airbus A350 versi test aircraft. Khusus untuk bagian kokpit, KompasTekno akan membahasnya dalam tulisan yang terpisah.
Airbus A350 XWB.
loading...
0 Response to "Kesempatan Langka, Mengintip Isi Pesawat Uji Airbus A350 XWB"
Post a Comment